Senin, 15 Oktober 2012
Jumat, 12 Oktober 2012
tri hita karana
TRI HITA KARANA
Tri Hita Karana berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti Tri adalah tiga, Hita adalah kebahagiaan, dan Karana
adalah penyebab. Jadi Tri Hita Karana dapat diartikan Tiga
penyebab terciptanya kebahagiaan. Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga
penyebab kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:
- Hubungan baik manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
- Hubungan baik manusia dengan manusia lainnya.
- Hubungan baik manusia dengan lingkungannya.
Dibawah ini penjelasan lebih lanjut
tentang bagian-bagian dari Tri Hita Karana.
- Hubungan baik manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia adalah ciptaan Tuhan, dan Atman
yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang
menyebabkan manusia dapat hidup. Oleh karena itu, manusia berhutang nyawa
terhadap Tuhan. Umat Hindu wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat
dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu :
- Dengan bersembahyang dan melaksanakan yadnya.
- Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-tempat suci.
- Dengan melaksanakan Yoga Samadhi.
- Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
2.
Hubungan baik manusia dengan manusia lainnya.
Sebagai mahluk sosial, umat Hindu tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan harmonis. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh, saling menghargai, saling mengasihi dan saling membingbing. Hubungan antar keluarga dirumah tangga harus harmonis. Komunikasi antara orang tua dan anak harus berjalan dengan baik begitu juga sebaliknya.
Beranjak ketingkat berikutnya, hubungan
baik dengan tetangga sekitar lingkungan rumah kita juga harus terjaga dengan
baik. Selanjutnya beranjak kehubungan manusia lainnya yaitu hubungan dengan
masyarakat lainya juga harus harmonis. Hubungan baik ini akan menciptakan
keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang aman dan
damai akan menciptakan negara yang tenteram dan sejahtera.
Memang sepantasnya dan
seharusnya kita mejalin hubungan tersebut dengan baik, tanpa ada perselisahan
antara manusia atau masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
3.
Hubungan baik manusia dengan
lingkungannya
Manusia hidup dalam suatu lingkungan.
Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian
sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu umat Hindu harus selalu
memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga
dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi.
Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang
semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat
menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya,
keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih
akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang
dan tenteram dalam diri manusia.
Dalam umat hindu, hubungan baik antara
manusia dengan lingkungan diwujudkan dalam bentuk upacara butha yadnya seperti
halnya mecaru. Umat hindu melakukan upacara tersebut agar hubungan antara
manusia dan lingkungan tetap terjalin dengan baik.
Kaitan
Tri Hita Karana dalam berbagai Sumber
Kaitan
Tri Hita Karana dengan Panca Maha Butha
Dalam Lontar
“Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Yang Maha Esa dari
unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu: pertiwi, apah,
bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu manusia dikatakan adalah bagian dari
Tuhan.
Pengertian
panca mahabhuta ada dua, yakni panca mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia
disebut buana alit, dan panca mahabhuta yang berbentuk alam semesta disebut
buana agung.
Analogi
pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana sanghyang atma
(Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan dipelihara, karena
tubuh manusia (buana alit) adalah juga alam semesta (buana agung).
Kaitan
Tri Hita Karana dengan Nyepi
Nyepi yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap
penanggal ping pisan sasih kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender
Saka-Bali) dalam rangka merayakan tahun baru Saka, adalah salah satu
pelaksanaan Trihitakarana.
Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta
yadnya pada akhir bulan ke-9). Bhuta Yadnya dalam kaitan ini berarti “korban
yang diadakan untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan alam”.
Pada saat Nyepi, umat Hindu-Bali melaksanakan catur berata
(empat pantangan), yaitu:
1.
Amati
karya (tidak bekerja)
2.
Amati
gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu)
3.
Amati
lelungaan (tidak bepergian)
4.
Amati
lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang)
Dengan demikian, aplikasi
Trihitakarana dalam perayaan Nyepi terlihat dengan jelas, baik dari aspek parhyangan,
pawongan, maupun palemahan:
1.
Aspek
parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi, dan
bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
2.
Aspek
pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung dan bermaaf-maafan.
3.
Aspek
palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di atas,
dan dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas
buangan hasil pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.
Kamis, 11 Oktober 2012
RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMA PGRI 2
BLAHBATUH
Mata
Pelajaran : Bahasa
Daerah Bali
Kelas
/ Semester : XII/1
Pertemuan
: ke 1
Standar
Kompetensi :1. Mengungkapkan
gagasan pikiran serta perasaan dalam berbagai bentuk wacana lisan non sastra
melalui berbagai informasi , baik itu berupa cerita, sambutan/pidato atau
wawancara/ berdialog.
Kompetensi
Dasar : Menyimak pidato
( NGERET INDRIA PIRANTI NGAONANG SADRIPU
)
Indikator
Pembelajaran : 1. Mendengarkan
pidato (NGERET INDRIA PIRANTI
NGAONANG SADRIPU) dengan
tenang.
2. menyebutkan cara penyampaian pidato.
3. Mendiskusikan isi pidato informasi yang
diterima
Alokasi Waktu :
2 x 45 menit
I
Tujuan pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
pidarta bali.
2. Siswa
mampu menyebutkan cara menyampaikan pidato.
3. Siswa
mampu mendiskusikan isi pidato yang diterima.
II PBKB
1. Siswa
diharapkan mampu lebih disiplin.
2. Siswa
diharapkan mampu mandiri.
3. Siswa
diharapkan mampu lebih kreatif.
III Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian
Pidato Bahasa Bali
Pidarta inggih punika
daging pikayun sane kawedar ring ajeng anak sareng akeh, matetujon mangda napi sane kawedar punika
prasida karesepang , kaicepang tur kalaksanayang.
2.
Makudang-kudang
Tatacara Sajeroning Maktayang pidarta, inggih punika:
1. Pidarta
dadakan, sane kawedar nenten nganggen teks,
2. Ngwacen
pidarta, inggih punika ritatkala mapidarta nganggen teks,
3. Mapidarta
antuk ngapalang teks.
4. Pidarta
sane nganggen reringkesan utawi skema.
3.
Tata
Cara makarya pidato.
Sajeroning makarya pidarta
bahasa Bali, patut kaelingan paindikan sane patut uratiang inggih
punika:
1. Patut
wenten murda pidarta, manut topoik utawi tema sane jagi katlatarang.
2. Pamahbah
utawi pendahhuluan patut madaging:
a.Pangastawa,puniki
basane nganggen salam panganjali.
b.Matur
angayubagia,panyaksuma,swasti prapta ring sang sane rauh
3. Daging pidarta,puniki kaanutang ring tema
pidarta
4.
Pamuput,sane madaging atur indik:
a.Matur suksma mantuk ring uratian para
pamiarsa
b.Nyutetang daging baos
c.Nunas pangampura antuk kekirangannyane.
d.Salam
pamuput,sane ketah nganggen parama santih.
4.
Tetikesan
Mapidarta
1.Wicara inggih punika ngeninin indik
kawagedan ngolah topik utawi tema,sane prasida
nudut kayun para pamiarsa.
2.Wiraga inggih punika semita lan
laras sang sane maktayang.
3.Wirama inggih punika vocal,intonasi
suara sane anut ring panggelan lengkara mangda
kapiragi lengut.
4.Wirasa inggih punika kawagedan
maktayang pidarta antuk rasa mangda daging pidarta
prasida nuek rasa tuas sang sane
mirengang,nenten sakadi anak ngapalang.
5.Wesata inggih punika nyobiahang pidarta antuk pikayun sane manut
wiraga.
5.
Luir
bebaosan pidarta
1. Darma wacana
Inggih punika bebaosan pidarta sane
kawedar ring ajeng anak sareng akeh sane madagi
ng
indik sastra agama.
2.
Sambrama wacana
Inggih punika bebaosan pidarta sane
kawedar pinaka panyanggra tamiu sajeroning upa-
cara adat/agama.
3.
Darma tula,inggih punika mabligbagan (diskusi)
4.
Widya tula inggih punika mligbagang saindik-indik daging kaweruhan(ilmu
pengetahu-
an).
5.
Darma suaka inggih punika bebaosan sane dagingipun wenten sane jagi
kasuakayang.
6.
Contoh
Pidato Bahasa Bali
”
NGERET INDRIA PIRANTI NGAONANG SADRIPU ”
IV
Metode Pembelajaran
Pendekatan : CTL
Model : Cooverative Learning
Metode :Demonstrasi, Tanya jawab dan ceramah
V Langkah-Langkah
Pembelajaran
No
|
Kegiatan
Guru
|
Waktu
|
1
|
Pendahuluan
a)
Mengucapkan salam.
b)
Melakukan absensi dan pengisian
jurnal kelas.
c)
Melakukan orientasi yaitu
memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari dengan materi yang
sudah diberikan sebelumnya.
d)
Apersepsi yaitu menyampaikan
persepsi awal tentang materi yang akan dipelajari, yaitu berkaitan dengan
penyampaian indicator.
e)
Memotivasi siswa dalam belajar
yaitu menyampaikan pentingnya mempelajari pidato.
f)
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok.
|
15 mnt
|
2
|
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Menggali pengetahuan
awal siswa dengan cara memberikan pertanyaan awal serta menjelaskan
pentingnya meteri yang akan dipelajari. Pertanyaannya yaitu:
1. Alit-alit sareng
sami sira sane sampun naanang nyingak anak
mapidarta? Napi nika pidarta bahasa Bali?
2. Ring dija biasane
alait-alite nyingak anak mapidarta?
Elaborasi
a)
Guru meberikan penugasan kepada
siswa untuk memahami cara meyampaikan dan mendiskusikan secara berkelompok
isi teks pidato yang dibagikan.
b)
Guru memberikan waktu dan
kesempatan pada siswa jika ada yang kurang jelas atau dimengerti tentang cara
penyampaian dan mendiskusikan isi pidato.
c)
Guru mengontrol cara kerja siswa
dalam kelompok dan memberikan petunjuk sekaligus menjadi sumber informasi
jika ada siswa yang belum mengerti.
d)
jika waktu diskusi telah habis,
guru menghentikan diskusi.
Konfirmasi
a)
Guru menugaskan tiap perwakilan
masing-masing kelompok untuk membacakan pidato yang telah dipahami dan
didiskusikan sebelumnya dengan kelompoknya.
b)
Setelah semua perwakilan kelompok
maju, guru memberikan penilaian dan penguatan.
|
60 mnt
|
3
|
Penutup
a)
Melakukan refleksi, guru
merangkum kembali materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan
kepada siawa untuk bertanya jika ada yang belum jelas tentang materi yang
diajarkan.
b)
Guru memberikan tujuan
pembelajaran tentang materi yang telah disampaikan
c)
Guru melakukan evaluasi.
|
10
|
VI Sumber
dan Alat Belajar
Sumber : Buku Wacan Bahasa Bali, LKS Subhasitha.
Alat / Media : sepidol, white board,
VII Penilaian
1 Teknik : Tulisan
2 Bentuk Instrumen : Uraian
3 Soal / Instrumen :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar
1. Indayang
telatarang napi sane kabaos pidarta basa Bali?
2. Telatarang
tatacara maktayang pidarto bali?
3. Napi
unteng utawi isi ring pidarta ( Basa Bali Mnagde Ajeg) ?
Kunci Jawaban
1. Pengertian pidarta
Pidarta
inggih punika daging pikayun sane kawedar ring ajeng anak sareng akeh, matetujon mangda napi sane kawedar punika
prasida karesepang , kaicepang tur kalaksanayang.
2. Makudang-kudang Tatacara Sajeroning
Maktayang pidarta, inggih punika:
a.Pidarta
dadakan, sane kawedar nenten nganggen teks,
b.Ngwacen
pidarta, inggih punika ritatkala mapidarta nganggen teks,
c.Mapidarta antuk
ngapalang teks.
d.Pidarta sane nganggen
reringkesan utawi skema.
3 . Unteng utawi isi pidarta (NGERET
INDRIA) inggih punika :
Iraga dados krma bali
mangdane nenten keni sane madan narkoba, lan irage dados krma bali mangdaning
ngeret indria mangdaning nenten kajerumus ke hal sane negatif.
4.
Cara Penilaian :
Rubrik Penilaian
Nilai
|
Kreteria
|
4
|
Menyebutkan
jawaban benar dan uraian jawaban benar
|
3
|
Menyebutkan
jawaban benar tetapi uraian jawaban kurang sempurna atau sudah menuliskan
setengah jawaban benar
|
2
|
Menyebutkan
jawabanbenar tetapi uraian jawaban salah atau hanya menyebutkan jawaban
dengan benar tanpa menuliskan uraian jawaban
|
1
|
Menyebutkan
jawaban tetapi salah atau menyebutkan dan menguraikan jawaban tetapi keduanya
salah
|
0
|
Tidak menjawaban
sama sekali
|
Mengetahui
Gianyar 10, September 2012
Kepala Sekolah SMA PGRI 2 BLAHBATUH Guru Mata Pelajaran Bahasa Bali
Drs.
I Nyoman Sarwa
Nip:
Nip :
Langganan:
Postingan (Atom)